POLICY BRIEF (NOTA KEBIJAKAN) HARI KE- 6

3 Min Read

Dari Relokasi Paksa Gaza hingga Pelanggaran Gencatan Senjata: Langkah Terang-terangan Israel Menuju Proyek Israel Raya

Latar Belakang: Peta Lama, Luka Baru

Dalam lembaran sejarah kolonialisme modern, tak banyak yang setegas Zionis Israel dalam menulis ulang peta dunia dengan tinta darah dan air mata. Setelah bertahun-tahun mencekik Gaza dalam blokade, kini dunia dihadapkan pada babak baru: relokasi paksa dua juta warga Gaza. Rencana ini bukan muncul dari ruang hampa. Jauh hari, Donald Trump dalam Deal of the Century-nya telah menyisipkan racun itu—mendorong pemindahan besar-besaran warga Palestina, memisahkan manusia dari tanahnya, seperti daun kering yang tercerabut dari akarnya.

Belum kering tinta perjanjian gencatan senjata yang disepakati dunia internasional, Israel kembali mengirimkan rudal-rudal mematikan ke jantung Gaza. 200 lebih nyawa warga sipil melayang dalam sekejap—anak-anak, perempuan, lansia, semua dihitung sebagai “kerugian samping” oleh mesin militer Zionis. Pelanggaran ini bukan sekadar agresi. Ini adalah isyarat: tak ada gencatan yang diakui kecuali kehendak Israel sendiri.

Analisis: Relokasi, Serangan, dan Impian Israel Raya

Apa kaitan relokasi paksa Gaza, serangan brutal pasca-gencatan, dan peta politik Israel Raya?

Pertama, rencana relokasi bukan hanya tentang Gaza. Ini bagian dari strategi ethnic cleansing yang lebih besar—menghapus eksistensi Palestina dari peta geografi dan demografi. Memindahkan dua juta manusia artinya mengosongkan tanah untuk agenda pemukiman Yahudi eksklusif, bagian integral dari visi Israel Raya: sebuah entitas dari Sungai Efrat hingga Sungai Nil, bersih dari perlawanan.

Kedua, pelanggaran gencatan senjata mencerminkan sikap impunitas total. Dengan mengabaikan norma internasional, Israel menguji batas toleransi dunia, memperlihatkan bahwa diplomasi damai hanya ilusi bagi mereka. Mereka menghitung, setiap kali dunia bungkam, langkah menuju perluasan kekuasaan makin tanpa hambatan.

Ketiga, dukungan eksplisit dari pemerintahan-pemerintahan seperti Trump membuka jalan legalitas palsu atas penjajahan tersebut. Dunia dituntut melupakan bahwa Gaza bukan sekadar wilayah konflik, melainkan tanah air bagi jutaan manusia yang berhak hidup bebas, bukan terusir atau terkubur di bawah puing-puing.

Rekomendasi Kebijakan

  1. Tekanan Global Terorganisir: Pemerintah-pemerintah di dunia, khususnya negara-negara mayoritas Muslim, harus menghentikan normalisasi dengan Israel hingga penghentian total rencana relokasi dan agresi militer.
  2. Embargo Militer dan Ekonomi: Dorong penerapan sanksi ekonomi dan embargo penjualan senjata kepada Israel.
  3. Penguatan Narasi Perlawanan: Lembaga media, akademisi, dan aktivis global perlu terus mengangkat kejahatan kemanusiaan ini ke ruang publik, melawan propaganda pembenaran Israel Raya.

Penutup: Gaza Adalah Barometer Kemanusiaan

Hari ini, Gaza bukan sekadar luka Palestina, melainkan luka dunia. Relokasi paksa adalah wajah baru kolonialisme, pelanggaran gencatan senjata adalah penghinaan terhadap kemanusiaan. Jika dunia membiarkannya, sejarah akan mencatat kita sebagai generasi yang gagal mencegah terulangnya bencana etnis di abad ini.

Bergabunglah dalam Aksi Hari Internasional Al-Quds!

Karena diam bukan pilihan. Karena Gaza adalah kita. Karena Palestina bukan sekadar isu, tapi nurani. Turun ke jalan, suarakan perlawanan, nyalakan bara solidaritas!

Presidium BARQ

21 Maret 2025

Share This Article