POLICY BRIEF (NOTA KEBIJAKAN) HARI-5

4 Min Read

Hipokrisi Barat: Antara Retorika Hak Asasi dan Dukungan Buta untuk Israel

Membongkar Standar Ganda, Merobek Topeng Kemanusiaan Palsu

Latar Belakang

Dunia Barat—Eropa, Amerika Serikat, dan sekutu-sekutunya—tak henti-hentinya mengumandangkan jargon tentang hak asasi manusia, demokrasi, dan kebebasan. Dari podium PBB hingga lembaran resolusi, mereka berpose sebagai pelindung martabat manusia. Namun, di balik semua retorika manis itu, berdirilah satu fakta mencolok: dukungan buta mereka kepada rezim apartheid Israel tetap kokoh, meski tangan Zionis berlumuran darah rakyat Palestina.

Saat anak-anak Gaza terkubur di bawah reruntuhan, saat peluru menembus dada demonstran di Tepi Barat, para penguasa Barat memilih membisu atau malah menyuplai senjata. Inilah wajah asli hipokrisi: berbicara soal HAM, tapi mengabaikan genosida di depan mata.

Analisis Masalah

Standar Ganda Hak Asasi Manusia

Negara-negara Barat tak segan mengintervensi negeri-negeri lain atas nama demokrasi—menggulingkan pemerintah, menjatuhkan sanksi, atau menciptakan perang. Tapi ketika Israel terang-terangan melanggar hukum internasional, mengusir warga sipil, menghancurkan sekolah dan rumah sakit, tiba-tiba semua prinsip dilipat, disimpan rapi demi “keamanan Israel”.

Retorika HAM Barat ternyata selektif, eksklusif, bahkan rasis. Hak hidup, kebebasan, dan martabat hanya berlaku bagi mereka yang masuk dalam definisi geopolitik mereka sendiri.

Dukungan Buta terhadap Israel

Bukan rahasia bahwa miliaran dolar bantuan militer mengalir dari Washington dan Eropa ke Tel Aviv setiap tahun. Tak peduli berapa banyak resolusi PBB dilanggar, tak peduli berapa banyak wartawan dibunuh atau anak-anak dibantai, Israel tetap mendapat kartu bebas—perlindungan politik, diplomatik, dan militer.

Hal ini memperkuat kekebalan hukum Israel, membuatnya merasa tak tersentuh, terus memperluas penjajahan, membangun pemukiman ilegal, dan menekan perlawanan Palestina.

Dampak pada Kredibilitas Global Barat

Dunia non-Barat, Global South, serta rakyat-rakyat tertindas di mana-mana kini tak lagi buta. Mereka menyaksikan kebusukan standar ganda ini. Kredibilitas moral Barat semakin tergerus:

  • Melemahnya Hegemoni Barat: Negara-negara Global South mencari alternatif, beralih ke blok-blok baru yang tak tunduk pada narasi palsu Barat.
  • Bangkitnya Gerakan Rakyat Global: Solidaritas untuk Palestina terus meluas di jalan-jalan Eropa, Amerika Latin, Asia, bahkan di jantung kota-kota Barat sendiri, menunjukkan bahwa rakyat mulai muak dengan kebijakan elit mereka.
  • Krisis Kepercayaan terhadap Institusi Internasional: Ketika PBB dan lembaga hak asasi internasional dipolitisasi demi Israel, legitimasi mereka pun ikut runtuh.

Rekomendasi Kebijakan

  1. Desakan kepada Negara-negara Muslim dan Global South untuk Mengutamakan Diplomasi Anti-Hipokrisi
    Suarakan di forum internasional bahwa hak asasi manusia tak boleh menjadi alat politik dua muka.
  2. Kampanye Global Ekspos Standar Ganda Barat
    Media, akademisi, dan masyarakat sipil harus menggencarkan narasi tandingan yang membongkar kemunafikan Barat dalam isu Palestina.
  3. Perluasan Boikot terhadap Produk dan Kepentingan yang Mendukung Israel di Barat
    Gunakan ekonomi sebagai alat untuk menekan negara-negara yang terus mempersenjatai penjajahan.

Seruan Aksi: Satukan Barisan di Hari Internasional Al-Quds!

Ketika Barat sibuk memoles wajah palsu dengan jargon HAM, saatnya kita memecahkan cermin ilusi itu! Turun ke jalan di Hari Internasional Al-Quds! Suarakan bahwa Palestina bukan sekadar isu Timur Tengah—ia adalah tolok ukur kejujuran dunia. Tunjukkan bahwa kita tak akan tunduk pada kemunafikan global!

“Jika hak asasi hanya untuk segelintir, maka itu bukan kemanusiaan—itu penjajahan dengan wajah baru. Lawan! Bersama Palestina, bersama Al-Quds!”

Presidium BARQ

20 Maret 2025

Share This Article